Perkawinan
Ketika pertama kali mendengar kata bunglon, apa yang ada di benak kita? Benar, pasti beberapa di antara pembaca sudah tak asing dengan hewan yang lihai untuk berubah dan berganti rupa warna ini untuk melindungi dirinya dari serangan predator di sekitarnya.
Seperti kita ketahui, bahwa bunglon mengganti warnanya untuk menyamar dan melindungi dirinya dari predator, namun ternyata lebih dari itu, bunglon juga mengganti warnanya ketika mereka sedang kawin.
Ketika bunglon tiba-tiba mengubah warnanya menjadi rupa-rupa warna, itu bukan berarti dia sedang menyamar adu bersembunyi dari serangan predatornya. Ternyata mereka sedang berusaha untuk menarik perhatian lawannya. Mungkin memang seperti itu pengetahuan yang kita dapat sedari kecil, ketika bunglon mengubah warna kulit tubuhnya, berarti mereka sedang berlindung dari serangan predator.
Pernyataan ini memang tak salah, namun tak berarti ketika mereka sering mengubah warna ternyata sedang bersembunyi atau berlindung. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan pada bulan Maret lalu yang mengungkapkan kebenaran di balik berubah warnanya seekor bunglon.
Bunglon tidak mengubah kulit tubuh mereka / berkamuflase untuk menghindari diri dari musuhnya ketika di kawasan yang aman. Ketika seekor bunglon mengganti warna tubuhnya, mereka berusaha menarik perhatian lawan. Hal ini diteliti oleh peneliti yang bernama Kristopher Karsten dari California Lutheran University.
Menurut Kristopher Karsten, baik bunglon jantan dan juga betina akan saling berkompetisi dengan keras untuk mendapatkan dan menarik perhatian dari lawan jenisnya dengan menggunakan kemampuannya untuk berganti warna kulit. Malah yang lebih mengherankan lagi, kita sering membaca dan mengetahui bahwa pergantian warna kulit dari bunglon ini terkait dengan penggantian pigmen, namun hal ini dibantah oleh penelitian tersebut bahwa penggantian warna kulit ini tidak terkait sama sekali dengan penggantian pigmen, seperti yang selama ini kita ketahui.
Lalu apa yang membuat bunglon ini dapat berubah warna? Ini berkat adanya lapisan nanokristal yang menempel secara bertumpuk di sel bunglon. Bunglon hanya perlu mengubah posisi sel kristal tersebut untuk mengubah warna kulitnya.
Reproduksi
Bunglon bertelur di tanah yang gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya anggota suku Agamidae, induk bunglon menggali tanah dengan mempergunakan moncongnya. Kulit telurnya berwarna putih, lentur agak liat serupa perkamen. Sebuah pengamatan yang dilakukan di hutan Situgede, Bogor mencatat bahwa telur bunglon surai dipendam di tanah berpasir di bawah lapisan serasah, persisnya di bawah semak-semak di bagian hutan yang agak terbuka. Telur sebanyak dua buah, lonjong panjang lk. 7×40 mm, diletakkan berjajar dan ditimbun tanah tipis. Di Gunung Walat, Sukabumi, didapati telur yang diletakkan di lapisan humus yang halus di tengah-tengah jalan setapak. Bunglon atau londok (bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae.
Umumnya bunglon berkembang biak dengan bertelur (ovivar), tetapi ada juga spesies bunglon yang bertelur dalam perut dan membesarkan anaknya di dalam perut sebelum dilahirkan (ovovivivar). Spesies bunglon yang bertelur memiliki telur setelah 3-6 minggu setelah kawin. Bunglon betina akan turun ke tanah dan mulai menggali lubang antara 10 – 30 cm tergantung spesies bunglon. Betina akan masuk ke dalam liang tersebut untuk bertelur. Spesies bunglon Brookesia bertelur 2 – 4 butir. Spesies bunglon berkudung (Chamaeleo calyptratus) memiliki 80 – 100 telur. Ukuran telur dan bayi bunglon yang baru menetas bervariasi tergantung spesies. Biasanya telur akan menetas setelah 4-12 bulan bergantung spesiesnya. Seperti reptil pada umumnya, setiap reptil yang telah keluar dari telurnya akan ditinggalkan oleh induknya dan mencari makan sendiri.
Spesies bunglon yang bertelur beranak (ovovivivar) seperti bunglon Jackson (Trioceros jacksonii) memiliki masa kehamilan 5 – 7 bulan. Masing-masing anak akan lahir dalam membran lengket yang merupakan kantong kuning telur. Induknya akan menempelkan telur tersebut pada ranting dimana membran akan pecah dan bayi bunglon bisa keluar. Spesies bunglon ini bisa memiliki 30 ekor anak sekaligus sekali kehamilan.